Oleh Ahmadie Thaha
Anggota Majelis Syura PUI, Pengasuh Pesantren Tadabbur al-Qur'an
Hari ini, Jumat 7 April 2023, umat Kristiani merayakan Jumat Agung yang merupakan peringatan atas wafatnya Isa Almasih. Bagi mereka, Isa disalib dan wafat di Golgotta. Dalam doktrin Nasrani, para pemeluknya diwajibkan meyakini bahwa Isa Almasih meninggal dunia dengan disalib. Penyaliban ini sangat penting bagi mereka karena berkaitan langsung dengan doktrin pengampunan dosa asal yang secara turun-temurun diwariskan oleh Nabi Adam a.s dan Hawa kepada semua manusia akibat memakan buah khuldi di surga. Dosa asal tersebut kemudian ditebus oleh Isa dengan penyaliban dirinya di kayu salib hingga wafat.
Itulah mengapa, wafatnya Isa Almasih melalui penyaliban yang terjadi pada hari Jumat, sehingga disebut Jumat Agung, begitu diagungkan dan disakralkan oleh umat Kristiani. Wafatnya Isa Almasih merupakan dogma yang harus diyakini oleh para pemeluk Nasrani sebagaimana mereka harus meyakini bahwa setelah wafat kemudian Isa hidup kembali pada hari ketiga, tepatnya pada hari Minggu, yang kemudian dikenal dengan Minggu Paskah atau Hari Kebangkitan Isa Almasih.
Namun, bagi banyak sarjana Muslim, Isa Almasih a.s yang diimani sebagai salah seorang nabi dan ditunjuk oleh Allah SWT sebagai rasul-Nya, tidaklah dibunuh dan tidak wafat disalib, meski tentu ada perbedaan pendapat soal ini. Soal penyaliban Nabi Isa disebutkan dalam al-Qur'an, ayat 157 surah an-Nisa': "Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa."
Terdapat perbedaan penafsiran di kalangan ulama atas ayat di atas. Misalnya, antara Maulana Muhammad Ali dan Ibnu Katsir, dua ahli tafsir beda generasi. Maulana Muhammad Ali, yang menerjemahkan dan menafsir al-Qur'an dengan pendekatan rasional, mengatakan bahwa Nabi Isa benar-benar disalib namun tidak sampai mati, karena proses penyalibanya begitu cepat sehingga tidak sampai membuat beliau wafat. Adapun adanya riwayat Nabi Isa diserupakan dengan orang lain, katanya, ini tidak bisa diterima oleh akal.
Terkait kematian Nabi Isa, dia menyatakan Nabi Isa wafat secara wajar, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Adanya pendapat yang menyatakan Nabi Isa masih hidup dan berada di langit, menurut dia, diingkari oleh akal. Demikian pula dengan adanya riwayat mutawatir tentang kedatangan Nabi Isa di akhir zaman, dia meyakini riwayat tersebut akan tetapi mentakwilkannya dengan anggapan bahwa yang datang di akhir zaman adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat seperti Nabi Isa.
Pendapat Maulana Muhammad Ali, tokoh Ahmadiyah Lahore, tentang telah wafatnya Nabi Isa dan yang datang di akhir zaman bukanlah Nabi Isa yang asli, senada dengan pendapat Buya Hamka, Rasyid Ridha, Mushthafa Abdurrahman Mahmud, dan Mahmud Syaltut. Sedangkan yang sependapat dengan Maulana Muhammad Ali tentang pembenaran penyaliban atas Nabi Isa adalah Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad.
Sementara Ibnu Katsir, ahli tafsir bil ma'tsur ini berpendapat Nabi Isa tidak disalib, karena lebih dulu diangkat oleh Allah ke langit. Terkait kewafatan Nabi Isa, dia menyatakan Nabi Isa belum wafat sampai saatnya nanti akan didatangkan kembali di akhir zaman sebagai bukti dekatnya hari kiamat. Pandangan Ibnu Katsir tentang tidak disalibnya Nabi Isa ini sejalan dengan mayoritas mufasir, di antaranya Ibnu Abbas, Imam Thabari, Zamakhsyari, Baidhowi, Imam Tanthowi, Ibnu Taimiyah, Imam Suyuthi, al-Wahidi dan yang lainya.
Adapaun pendapat Ibnu Katsir tentang masih hidupnya Nabi Isa dan kedatanganya di akhir zaman dengan jasad dan rohnya yang asli, sejalan dengan pendapat Ibnu Abbas, Imam Thabari, Zamakhsyari, Baidhawi, Imam Tanthawi, Ibnu Taimiyah, Imam Suyuthi, dan Wahidi.
Meski ajaran dan pandangan mengenai Isa Almasih berbeda antara agama Kristen dan Islam, namun ada beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah Rasul Isa Almasih a.s yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi umat Islam. Beberapa pelajaran tersebut antara lain:
1. Keimanan pada Allah SWT
Nabi dan Rasul Isa mengajarkan keimanan kepada Allah SWT dan menyeru manusia untuk menyembah Allah SWT dengan tulus dan ikhlas. Pelajaran ini mengajarkan umat Islam untuk selalu memperkuat iman kepada Allah SWT dan menghadapinya dengan tulus dan ikhlas.
2. Ketaatan pada kehendak Allah SWT
Rasul Isa menunjukkan ketaatan pada kehendak Allah SWT ketika ia menerima takdir yang telah ditetapkan untuknya, yaitu menderita hingga wafat. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berserah diri dan taat pada kehendak Allah SWT meskipun harus menghadapi cobaan yang berat dalam hidup.
3. Kesabaran dalam menghadapi cobaan
Rasul Isa mengalami cobaan dan penderitaan yang sangat berat sepanjang hidupnya. Namun, ia tetap sabar dan tawakal kepada Allah SWT. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian yang dihadapi dalam hidup.
4. Memaafkan dan berbuat baik kepada sesama
Rasul Isa mengajarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama manusia. Meskipun banyak disiksa, ia tetap memaafkan para pelakunya. Pelajaran ini mengajarkan umat Islam untuk selalu memaafkan dan berbuat baik kepada sesama manusia, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Hari ini, meskipun peringatan Jumat Agung dirayakan oleh umat Kristen, namun pelajaran-pelajaran yang terkandung dari kisah perjalanan hidup Nabi Isa Almasih a.s dapat menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia, termasuk umat Islam. Mari kita merenungkan pelajaran tersebut, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.
Anggota Majelis Syura PUI, Pengasuh Pesantren Tadabbur al-Qur'an
Hari ini, Jumat 7 April 2023, umat Kristiani merayakan Jumat Agung yang merupakan peringatan atas wafatnya Isa Almasih. Bagi mereka, Isa disalib dan wafat di Golgotta. Dalam doktrin Nasrani, para pemeluknya diwajibkan meyakini bahwa Isa Almasih meninggal dunia dengan disalib. Penyaliban ini sangat penting bagi mereka karena berkaitan langsung dengan doktrin pengampunan dosa asal yang secara turun-temurun diwariskan oleh Nabi Adam a.s dan Hawa kepada semua manusia akibat memakan buah khuldi di surga. Dosa asal tersebut kemudian ditebus oleh Isa dengan penyaliban dirinya di kayu salib hingga wafat.
Itulah mengapa, wafatnya Isa Almasih melalui penyaliban yang terjadi pada hari Jumat, sehingga disebut Jumat Agung, begitu diagungkan dan disakralkan oleh umat Kristiani. Wafatnya Isa Almasih merupakan dogma yang harus diyakini oleh para pemeluk Nasrani sebagaimana mereka harus meyakini bahwa setelah wafat kemudian Isa hidup kembali pada hari ketiga, tepatnya pada hari Minggu, yang kemudian dikenal dengan Minggu Paskah atau Hari Kebangkitan Isa Almasih.
Namun, bagi banyak sarjana Muslim, Isa Almasih a.s yang diimani sebagai salah seorang nabi dan ditunjuk oleh Allah SWT sebagai rasul-Nya, tidaklah dibunuh dan tidak wafat disalib, meski tentu ada perbedaan pendapat soal ini. Soal penyaliban Nabi Isa disebutkan dalam al-Qur'an, ayat 157 surah an-Nisa': "Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa."
Terdapat perbedaan penafsiran di kalangan ulama atas ayat di atas. Misalnya, antara Maulana Muhammad Ali dan Ibnu Katsir, dua ahli tafsir beda generasi. Maulana Muhammad Ali, yang menerjemahkan dan menafsir al-Qur'an dengan pendekatan rasional, mengatakan bahwa Nabi Isa benar-benar disalib namun tidak sampai mati, karena proses penyalibanya begitu cepat sehingga tidak sampai membuat beliau wafat. Adapun adanya riwayat Nabi Isa diserupakan dengan orang lain, katanya, ini tidak bisa diterima oleh akal.
Terkait kematian Nabi Isa, dia menyatakan Nabi Isa wafat secara wajar, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Adanya pendapat yang menyatakan Nabi Isa masih hidup dan berada di langit, menurut dia, diingkari oleh akal. Demikian pula dengan adanya riwayat mutawatir tentang kedatangan Nabi Isa di akhir zaman, dia meyakini riwayat tersebut akan tetapi mentakwilkannya dengan anggapan bahwa yang datang di akhir zaman adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat seperti Nabi Isa.
Pendapat Maulana Muhammad Ali, tokoh Ahmadiyah Lahore, tentang telah wafatnya Nabi Isa dan yang datang di akhir zaman bukanlah Nabi Isa yang asli, senada dengan pendapat Buya Hamka, Rasyid Ridha, Mushthafa Abdurrahman Mahmud, dan Mahmud Syaltut. Sedangkan yang sependapat dengan Maulana Muhammad Ali tentang pembenaran penyaliban atas Nabi Isa adalah Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad.
Sementara Ibnu Katsir, ahli tafsir bil ma'tsur ini berpendapat Nabi Isa tidak disalib, karena lebih dulu diangkat oleh Allah ke langit. Terkait kewafatan Nabi Isa, dia menyatakan Nabi Isa belum wafat sampai saatnya nanti akan didatangkan kembali di akhir zaman sebagai bukti dekatnya hari kiamat. Pandangan Ibnu Katsir tentang tidak disalibnya Nabi Isa ini sejalan dengan mayoritas mufasir, di antaranya Ibnu Abbas, Imam Thabari, Zamakhsyari, Baidhowi, Imam Tanthowi, Ibnu Taimiyah, Imam Suyuthi, al-Wahidi dan yang lainya.
Adapaun pendapat Ibnu Katsir tentang masih hidupnya Nabi Isa dan kedatanganya di akhir zaman dengan jasad dan rohnya yang asli, sejalan dengan pendapat Ibnu Abbas, Imam Thabari, Zamakhsyari, Baidhawi, Imam Tanthawi, Ibnu Taimiyah, Imam Suyuthi, dan Wahidi.
Meski ajaran dan pandangan mengenai Isa Almasih berbeda antara agama Kristen dan Islam, namun ada beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah Rasul Isa Almasih a.s yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi umat Islam. Beberapa pelajaran tersebut antara lain:
1. Keimanan pada Allah SWT
Nabi dan Rasul Isa mengajarkan keimanan kepada Allah SWT dan menyeru manusia untuk menyembah Allah SWT dengan tulus dan ikhlas. Pelajaran ini mengajarkan umat Islam untuk selalu memperkuat iman kepada Allah SWT dan menghadapinya dengan tulus dan ikhlas.
2. Ketaatan pada kehendak Allah SWT
Rasul Isa menunjukkan ketaatan pada kehendak Allah SWT ketika ia menerima takdir yang telah ditetapkan untuknya, yaitu menderita hingga wafat. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berserah diri dan taat pada kehendak Allah SWT meskipun harus menghadapi cobaan yang berat dalam hidup.
3. Kesabaran dalam menghadapi cobaan
Rasul Isa mengalami cobaan dan penderitaan yang sangat berat sepanjang hidupnya. Namun, ia tetap sabar dan tawakal kepada Allah SWT. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian yang dihadapi dalam hidup.
4. Memaafkan dan berbuat baik kepada sesama
Rasul Isa mengajarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama manusia. Meskipun banyak disiksa, ia tetap memaafkan para pelakunya. Pelajaran ini mengajarkan umat Islam untuk selalu memaafkan dan berbuat baik kepada sesama manusia, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Hari ini, meskipun peringatan Jumat Agung dirayakan oleh umat Kristen, namun pelajaran-pelajaran yang terkandung dari kisah perjalanan hidup Nabi Isa Almasih a.s dapat menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia, termasuk umat Islam. Mari kita merenungkan pelajaran tersebut, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar